Akhlak yang baik
Akhlak yang mulia adalah kesempurnaan iman. Nabi Saw bersabda,
“ Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya. “ ( HR at-Tirmidzi
Akhlak menempati kedudukan yang tinggi dalam Islam. Di antara risalah agama yang paling penting, adalah menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Pentingnya menjaga lisan dan sopan kepada orang lain
Yang dimaksud adalah menjaga ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut agar selalu berkata yang baik, bermanfaat, sopan dan tidak menyakiti orang lain.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah 263
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik daripada bersedekah yang diikuti dengan sesuatu yang menyakitkan (hati si penerima) Allah MahaKaya lagi Maha Penyantun”.
Jikalau kita tidak bisa berkata baik dan bermanfaat lebih baik diam. Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Syaikhan)
Perumpamaan kata baik dan kalimat atau ucapan yang jelek, dimana ucapan yang baik diumpamakan sebagaimana pohon yang rindang akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit serta selalu menghasilkan buahnya yang segar setiap musim. Sedangkan ucapan jelek diumpamakan pohon yang buruk akarnya tercabut dari bumi sehingga tidak bisa berdiri tegak bahkan tumbang.
Memilih teman yang baik
Lingkungan yang baik akan membawa pengaruh baik bagi kita baik dari segi gaya hidup, sikap dan ketauladanan yang kita dari dari situ. Memilih teman yang baik merupakan suatu syarat jika kita ingin merubah diri kita menjadi lebih baik. Karena selurus-lurusnya niat kita untuk memperbaiki diri, dan sekeras-kerasnya kita berjuang jika itu tidak didukung dengan lingkungan yang kondusif maka menjadi seorang yang baik akan sulit terealisasi.
Mengenai memilih teman Islam mempunyai adabnya, sifat-sifat yang disyaratkan tentang orang yang dipilih menjadi teman,
1. Orang yang berakal. Karena akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan jika bergaul dengan orang yang bodoh, karena bisa saja dia hendak memberi manfaat kepadamu tapi justru memberi mudharat.
2. Baik akhlaknya. Ini merupakan keharusan. Sebab banyak orang berakal yang dirinya lebih banyak dikuasai amarah dan nafsunya, sehingga tidak ada manfaatnya bergaul dengannya.
3. Bukan orang yang fasik. Sebab orang fasik tidak ada takut kepada Allah. Orang yang tidak takut kepada Allah tentu sulit dipercaya dan sewaktu-waktu orang lain tidak aman tipu dayanya.
4. Bukan ahli bid’ah. Karena akan mempengaruhi kita dengan bid’ahnya.
5. Tidak rakus terhadap dunia
Referensi :
1. Al-Hilali, Majdi Dr (1999). 38 Sifat Generasi Unggulan (cet I). Terjemahan.Jakarta : Gema Insani Press.
2. Buku Panduan Mentoring Medis (2003). Haqqi, Ahmad Mu’adz Dr (1993). Berhias dengan 40 Akhlaqul Karimah (cetakan I). terjemahan. Malang : Cahaya Tauhid Pess.
3. Modul materi dan Kisi-kisi Mentoring PBA Universitas Airlangga (2001).
Lubis, Satria Hadi (2004). Unstoppable Succes (cetakan I). Jakarta : Misykat
Rabu, 17 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar