Selasa, 23 September 2008

Acara Latihan Rutin BSMR SMP Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo































Ini adalah latiahan Bersama Rutin yang dilaksanakan tiap hari Sabtu, jam 10 di SMP Ulul Albab Sepanjang Sidoarjo Indonesia. Jadi acara latihannya gak monoton banget, ada latihan ketangkasan, keberanian mengungkapkan pendapat, dan masih banyak lagi. So, ayo ajak sekolah kamu untuk join dengan BSMR - BSMI Surabaya.

created : branie

LAtihan Bersama DI Taman Bunga Surabaya


Acara Latihan Bersama Antara Unit BSMR SMP Al Falah Sidoarjo dengan Unit BSMR SMP Ulul Alb@b Sidoarjo

Kamis, 18 September 2008

Bagaimana Seharusnya Debat Itu Dilakukan??

Asalamualaikum wr wb,

Adik adiku yang kucintai dan kusayangi di BSMR, saat ini kan lagi ramai ramainya orang pada berdebat atau beradu argumentasi untuk mempertahankan pendapatnya, baik itu di suatu forum interneal atau yang ditayangkan di tv tv swasta (coba lihat acara debat di tv one). Dan berdebat itu sendiri akan membawa hasil yang tergantung dari niat awal ketika perdebatan itu dimulai. Nah, sekarang pertanyaan nya adalah bagamanakah adab adab dalam berdebat itu sendiri menurut kalian?? Dan bermanfaat gak sih mempertahankan argumen dengan berdebat?? Apalagi kalau niat awal dari berdebat itu adalah hanya untuk berperang dan memaksakan pendapatnya untuk di anut orang lain atau hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya yang paling baik dan paling sempurna pendapatnya, tanpa memperhitungkan hasil tengah apa yang terbaik untuk di ikuti dan dapat bermanfaat bagi umat.


Kasih pendapatmu ya kawan kawan BSMR, hitung hitung berlatih untuk mengutarakan suara hatimu, demi membentuk karakter jiwa pemuda yang kritis dan inovatif.

Oiya pendapatmu juga bisa dikirim ke alamat email : bsmr.smpululalbab@gmail.com


Wasalamualikum wr wb,



Dr. branie

Rabu, 17 September 2008

TUJUAN SISTIM KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN GAWAT DARURAT

Materi: Komunikasi gawat darurat
Tujuan:
1. Anggota mampu menyebutkan sarana komunikasi gawat darurat
2. Anggota mampu mampu memperagakan komunikasi gawat darurat
3. Anggota mengetahui sistem komunikasi gawat darurat di RSU
Cara penyampaian: klasikal + demo
Waktu: 1 kali pertemuan
Penjelasan materi:

Latar belakang
1. Kondisi Geografis dan teknis
Indonesia negara kepulauan
Belum semua daerah:
? dilengkapi sarana komunikasi memadai
? sarana transportasi memadai
Pada bencana alam/buatan manusia perangkat telepon rawan lumpuh
faskom belum memadai disemua tempat
2. Pelayanan bencana alam/buatan manusia perangkat telepon rawan lumpuh
Peran/Tujuan pemanfaatan ? peningkatan mutu dan pemerataan tradisional:
? pada musibah massal/bencana informasi/mobilisasi tergantung "nasib"
? transfer penderita lewat surat konsultasi, jawaban lambat.
Komunikasi Pelayanan Gawat Darurat
1. Pelayanan gawat darurat sehari-hari
? Indikasi rujukan lebih tepat sasaran
? Persiapan pra rujukan lebih baik, informasi pasca rujukan segera
? Tambahan pengetahuan langsung
? Diskusi jarak jauh pra & pasca transfer px
? Konsultasi lain
? Kuilah jarak jauh
2. Penanganan musibah/bencana
? Early warning lebih cepat
? Mobilisasi - koordinasi multi level - multi sector lebih baik
? Kuliah jarah jauh
3. Pemecah rasa terisolasi
? Bagi daerah tanpa fasilitas telepon
? Rasa aman bagi petugas

PEMANFAATAN KOMUNIKASI UNTUK RUJUKAN
RUJUKAN

Tidak semua penderita yang datang dapat diatasi sendiri. Untuk itu perlu dirujuk ke tempat lain yang lebih lengkap dan mampu. Cara tradisional yang selama inl dilakukan dengan surat pengantar dan tidak didahului komunikasi dengan Rumah Sakit tujuan.
Kerugian dan cara ini adalah :
1. Rumah Sakit tujuan tidak siap sepenuhnya untuk menerima penderita
2. Stabilitas pra rujukan belum tentu sesuai dengan kebutuhan, sangat tergantung kemampuan tenaga setempat sendiri tanpa ada koreksi kekurangan segera
3. Bila tecjadi penyulit selama rujukan, tidak ada sistim, pendukung bagi pengantar rujukan
4. Pasca rujukan tidak ada penegasan apakah indikasi dan diagnosa pra rujukan sudah benar / kurang benar
Kesemuanya menghilangkan kesempatan belajar bersama yang sangat baik guna memberikan pengalaman lebih untuk menghadapi kasus yang sarna pada waktu mendatang.
Dari pengalaman RSU Dr. Soetomo sejak pengembangan Pusat Komunikasi Medik 1984 yang lalu, hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pra rujukan lakukan komunikasi untuk diskusi
? Keseragaman cara evaluasi px
? Ketepatan indikasi medik rujukan (kecuali atas pertimbangan non medik)
? Tindakan stabilisasi lain yang mungkin masih diperlukan transportasi
? Diskusi masalah potensial yang mungkin terjadi selama transpontasi dan persiapan tindakan pencegahan yang dianggap perlu
2. Selama rujukan
Tetap ditetapkan tempat lain yang mungkin dapat membantu kesulitan selama perjalanan
3. Pasca rujukan
? Diskusi ketepatan diagnosa pra rujukan
? Pelajaran / pengaiaman lain yang didapat selama penanganan kasus sulit

MUSIBAH MASSAL / BENCANA

Pada musibah massal/bencana akan jatuh korban dengan jumlah jauh melebihi kemampuan tersedia.
Untuk itu diperlukan sarana komunikasi dan pengendalian kegiatan semua fasilitas medik yang dapat dimobilisasi agar tercapai efisiensi dan efktivitas pertolongan ditengah keterbatasan tenaga, sarana dan pendukung lainnya.
Sistim komunikasi apapun perangkat keras yang dipakai mutlak diperlukan untuk menunjang keperluan ini. agar dapat berfungsi secara optimal sistim ini harus telah tergelar sebelum terjadinya musibah / bencana sekaligus agar dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat mengaktivasi sistim pertolongan musibah massal/bencana dalam waktu singkat.

SISTIM KOMUNIKASI PELAYANAN GAWAT DARURAT SURABAYA
1. Network Surabaya dan Jatim
? intra sector
? lintas sector
2. Perangkat keras
telepon
? pelayanan umum (118)
? internal PABX Rumah Sakit
? integrasi teleconference equipment / ISDN line dengan operator radio
? Jaringan umum VHF band (local Surabaya dan sekitarnya)
? jaringan dinas / tertutup
VHF band multi kanal (regional Jatim)
HF band multi kanal (nasional)
? lintas sector (Jasa marga - Poiri)
3. Perangkat lunak
Metode
? protocol komunikasi bagi operator jaga
? log book
? darurat sehari-hari
? darurat massal / bencana
? evaluasi kegiatan (data berita, partisipasi net call, rujukan/KLB, emergency ambulance call dan lain-lain)
Operasionalisasi
eskalasi kegiatan "Siaga sepanjang waktu"
dasar:
a. Netcall 3 kali sehari
b. Berita administrasi dan kedinasan
Eskalasi 1
a. Kedaruratan harian
b. KLB
c. Ambulans gawat darurat Surabaya
Konsep dasar:
? koordinasi
? regionalisasi
? standarisasi (Karjadi W /1997)
Ekslasi II
a. Pelayanan gawat darurat musibah massal
b. Pelayanan gawat darurat bencana
4. Sumber Daya Manusia
Operasi 24 jam
Tiap shift 2 orang, total tenaga 8 orang
Kurikulum pelatihan kemampuan perorangan
Kwalifikasi:
? Penguasaan teknis operator radio dan telepon
? Mampu BLS plus
? Mampu sebagai peramedic ambulans
5. Pusat Komunikasi Medik RSUD Dr. Soetomo
Adanya pusat koordinasi pengendalian medik di Lantai III IRD RSUD Dr. Soetomo kamar 313 (radio medik)
a. Public information centre
b. Koordinasi intra rumah sak'rt
c. Koordinasi antar rumah sakit
d. Pengendali pelayanan ambelans gawat darurat Surabaya dan sekitarnya
e. Siaga musibah massal/bencana dan pengendali pada kegiatan pertolongannya
f. Pengendali utama sector medik pada:
? operasi ketupat (lebaran)
? operasi lilin (tahun baru)
sekaligus sebagai kesempatan "latihan basah"


referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata

TRIAGE

TRIAGE
ICS dapat digunakan sebagai alat bantu perencanaan penanganan korban banyak. Setelah posko didirikan, maka tugas berikut yang segera harus dilakukan adalah melakukan penilaian penderita secara cepat dan menentukan prioritas pertolongan masing-masing korban, baik untuk perawatan maupun transportasi ke fasilitas kesehatan/RS untuk memperoleh perawatan sesuai dengan keadaannya. Proses ini dikenal dengan istilah triage, yang berasal dari bahasa Perancis yang berarti memilih atau mensortir, penolong atau petugas yang paling berpengalaman biasanya ditugaskan sebagai petugas triage. Petugas inilah yang meminta bantuan bila diperlukan, mengarahkan anggota dan peralatan menuju korban dan tetap berada di tempat kejadian untuk mengatur dan mengkoordinasikan petugas, logistik dan kendaraan.
Sistem triage yang ada sangat banyak, namun semuanya memiliki prioritas sama, mengutamakan penanganan korban yang walau keadaannya kritis namun harapan hidupnya baik termasuk pengirimannya ke fasilitas kesehatan. Penolong memiliki kewajiban untuk menyelamatkan korban sebanyak-banyaVny a. Triage aWakukan dengan cara memilah korban secara cepat dan menggolongkan ke dalam salah satu dari empat kelompok yang ada :
? Prioritas 1 Prioritas tertinggi, diberikan kepada korban yang berada dalam keadaan kritis seperti gangguan pernapasan, perdarahan yang belum terkendali atau perdarahan besar, penurunan status mental (respons). Kelompok ini dapat digolongkan sebagai cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masoh bisa diatasi.
? Prioritas 2 Prioritas kedua, yaitu mereka yang perlu pertolongan. Beberapa keadaan ini misalnya luka bakar tanpa gangguan saluran napas, nyeri hebat setempat atau nyeri pada beberapa lokasi alat gerak, termasuk, bengkak atau perubahan bentuk dan cedera punggung.
? Prioritas 3 Terendah, dengan kata lain dapat ditunda. Termasuk dalam kelompok ini adalah korban yang cedera relatif ringan, tidak perlu banyak dibantu, dapat menunggu pertolongan tanpa menjadi lebih parah. Misalnya mereka yang mengalami nyeri yang biasa saja pada alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk, cedera jaringan lunak ringan. Dengan kata lain, kelompok ini adalahkorban cedera namun masih mampu berjalan.
? Prioritas 0 atau prioritas 4 Mereka yang mengalami cedera yang mematikan atau sudah meninggal, misalnya kepalanya terpisah dari tubuh atau cedera lainnya yang secara manusia sudah tidak mungkin hidup.
Tindakan triage dapat dilakukan beberapa kali. Pada saat tim bantuan tiba di lokasi, triage dapat dilakukan lebih baik lagi. Pelaksanaan triage di lapangan adalah dengan memberikan tanda pada korban dengan warna tertentu
Bila dilakukan pengulangan triage dan ternyata keadaan korban menunjukkan bahwa prioritasnya sudah berubah, jangan melepas tanda yang pertama. Tanda triage yang pertama dapat dicoret, lalu pasang tanda baru.
Tanda / label triage Setelah para korban dinilai dan dipilah mereka harus ditandai agar dapat dikenali dengan cepat. Tanda triage sangat beragam baik ukuran, bentuk dan model warna. Tanda dapat terbuat dari berbagai bahan dan bentuk, mulai dari sebuah kartu berwarna saja, kartu dengan berbagai warna yang dapat ditandai, pita, pita khusus, tali berwarna dan lainnya. Bila bahan berwarna ini tidak ditemukan maka dapat dipakai bahan apa saja yang warnanya seperti warna-warna triage misalnya pakaian, pembungkus dan lainnya.

Sistem START
Pengelompokan yang dijelaskan di atas membutuhkan pengalaman dan latar belakang medis. Sebagai penolong pertama ada suatu metode sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan triage yang dikenal sebagai sistem START yang merupakan singkatan dari Simple Triage and Rapid Treatment.
Sistem START mengelompokkan korban menjadi 4 kelompok berdasarkan prioritas perawatan dan harapan hidup korban sesuai kondisi pada saat itu.

Langkah - langkah pelaksanaan START
Langkah pertama - Korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokkan para korban yang masih mampu berjalan. Arahkan mereka ke tempat yang sudah ditentukan. Kelompok ini diberi tanda HIJAU. Biasanya area triage sudah ditentukan, sehingga korban diarahkan ke sana, jadi walau mereka masih mampu berjalan jangan biarkan mereka terpencar. Dalam beberapa keadaan korban dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk
ikut membantu proses pertolongan.
Langkah kedua - Pemeriksaan pernapasan Sekarang para penolong menghampiri mereka yang tidak mampu berjalan. Lakukan secara sistematis, jangan melompat dari satu korban ke korban lainnya, dan jangan menghabiskan waktu terlalu banyak pada satu korban. Hal pertama yang dilakukan adalah menilai pernapasan penderita. Buka jalan napas dan nilai pernapasannya. Koran yang mampu berjalan dapat dimanfaatkan untuk
ikut membantu mempertahankan jalan napas pada penderita yang tidak sadar. Bila korban tidak bernapas buka napas dengan jalan tekan dahi angkat dagu. Bila tetap tidak bernapas setelah jalan napas dibuka maka berikan tanda HITAM. Jika ia bernapas berikan hitung berapa pernapasannya. Bila mencapai 30 kali atau - lebih dalam satu menit berikan tanda MERAH. Jangan hitung selama 30 detikseperti pada penilaian penderita tetapi cukup selama 5 atau 10 detik saja. (Bila menggunakan 5 detik hasilnya kalikan 12 dan bila menggunakan 10 detik hasilnya kalikan 6 untuk mendapatkan nilai dalam 1 menit). Bila hasilnya ternyata kurang dari 30 kali permenit lanjutkan ke langkah ketiga.
Langkah ketiga - Penilaian sirkulasi Penolong melakukan penilaian sirkulasi dengan cara memeriksa pengisian kapiler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menekan di atas kuku ujung jari korban, ujung jari di bawah kuku akan menjadi pucat. Bila tekanan di lepas maka ujung jari akan menjadi merah kembali. Hitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjadi merah, bila ternyata 2 detik atau lebih berikan warna MERAH, bila kurang dari 2 detik maka lanjutkanke langkah keempat. Adakalanya keadaan gelap sehingga sulit menilai pengisian kapiler. Metode alternatif yang dapat digunakan khusus pada keadaan ini adalah dengan memeriksa nadi radialis. Bila tidak ada korban dinyatakan MERAH, bila da maka dilanjutkan ke langkah keempat.
Langkah keempat - Penilaian mental Bila penolong mencapai tahap ini maka berarti korban masih bernapas secara adekuat dan perfusinya masih baik. Pada langkah keempat ini penlong memeriksa status mental korban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara meinta korban untuk mengikuti perintah sederhana, misalnya "buka mata", "gerakkan jari" dan lainnya. Ketidakmampuan mengikuti perintah sederhana ini berarti bahwa status mental korban dianggap tidak normal. Korban diberikan label MERAH. Bila ternyata korban masih mampu mengikuti perintah sederhana maka korban diberik warna
Pemeriksaan penderita pada triage ini selesai setelah kita memberikan tanda triage pada korban. Tindakan selanjutnya setelah melakukan START adalah segera membawa korban sesuai dengan skala prioritasnya ke fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan tidak berarti harus membawa segeradari lokasi, namun pada beberapa keadaan dapat disiapkan suatu rumah sakit lapangan, atau daerah triage, yang merupakan areal kemana para korban di bawa sebelum dievakuasi lebih lanjut ke rumah sakit. Di areal inilah penilaian penderita dilakukan dengan lebih rinci seperti penilaian penderita yang dibahas dalam buku ini.
Bila ada tenaga yang lebih ahli maka disini dapat dilakukan triage sekunder atau pemilahan tahap 2. Biasanya ini dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman. Hasil yang berbeda tidak menjadi masalah. Evakuasi korban tetap dilakukan berdasarkan warna yang paling akhir diberikan kepadanya, sesuai prioritasnya mulai dari MERAH, HIJAU dan terakhir HITAM.

Contoh-Contoh Prioritas Dan Kode Warna
Prioritas I :Merah
Antara lain:
1. Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
2. Luka tusuk dada
3. Hipotensi/shock
4. Perdarahan pembuluh nadi
5. Problem kejiwaan yang serius
6. Tangan/kaki yang terpotong dengan perdarahan
7. Luka bakar Tk II>25%
8. Luka bakar Tk III>25%
Prioritas II: Kuning
Ant:ara lain:
1. Luka bakar Tk II/III > 25%
2. patah tulang besar
3. trauma thorak/abdoment
4. laserasi luas
5. trauma bola mata
Prioritas III: Hijau
1. Antara lain
2. Henti jantung yang kritis
3. Trauma kepala yang kritis
4. Radiasi tinggi

referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata

Tetanus

Pengertian Tetanus adalah Suatu penyakit yang diakibatkan oleh racun yang dijangkitkan oleh kuman Clostridium tetani. Gejala-gejalanya ialah mulut kaku, otot-otot kaku, dan kejang-kejang. Kadang-kadang perut penderita menjadi keras sekali seperti papan.
Pencegahan dan Penanganan
Kuman tetanus dapat masuk melalui luka di kulit. Apabila sudah terkena, penderita harus dirawat di rumah sakit.
Pada waktu anak-anak, biasanya pencegahan terhadap penyakit ini sudah diberikan. Pencegahan biasanya diberikan kepada mereka yang mengalami luka yang dikhawatirkan akan tercemar kuman tetanus.
Apabila Anda pernah mendapatkan suntikan antitetanus, catatlah tanggal pemberian tersebut. Hal itu diperlukan apabila pada suatu saat Anda mengalami luka semacam itu lagi, dan memerlukan suntikan pencegahan tetanus. Karena suntikan serum semacam itu dapat menimbulkan reaksi kepekaan. Jika suntikan itu harus diulang lagi, pada orang yang peka akan dapat menimbulkan reaksi yang hebat, bahkan sampai terjadi shock.
Indikasi untuk mendapatkan suntikan antitetanus ialah:
1. Luka-luka yang besar.
2. Luka-luka di leher dan muka.
3. Luka tembak yang sudah disertai jaringan otot yang mati.
4. Luka yang terlambat mendapat perawatan.
5. Ada gejala-gejala terkena tetanus.
6. Luka tusuk dan gigitan binatang yang cukup dalam.
Suntikan pencegahan tersebut terutama diberikan kepada mereka yang belum pernah mendapatkannya. Bila sudah pernah mendapatkannya, maka akan diberikan suntikan booster (penguat).


referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata

Terkena Arus Listrik

Arus listrik dapat menimbulkan luka bakar. Luka tersebut berbatas tegas, berbentuk bulat atau lonjong.
Pingsan akibat arus listrik dapat berlangsung lama. Meskipun pernafasan berhenti, denyut nadi biasanya masih terasa.
Tindakan pertolongan:
Segera lepaskan penderita dari kabel atau sumber arus yang mengenainya. Matikan sumber arus, dan usahakan agar kabel terlepas dari korban. Dalam hal ini penolong harus melindungi dirinya juga.
Pergunakanlah galah kayu yang kering, atau kapak bertangkai kayu yang kering, dan berdirilah di atas sekeping papan kering dan beralas sepatu karet.
Jangan mencoba menarik korban dari tempat kecelakaan secara langsung, terutama apabila kecelakaan terjadi di jalanan (kabel tegangan tinggi). Kalau hendak menarik korban tersebut, yakinlah bahwa sumber arus tidak akan terbawa serta, dan pergunakanlah sarung, kain, atau ikat pinggang.
Segera sesudah itu berikanlah pernafasan buatan sampai pemafasan kembali normal, atau sampai korban jelas nampak kaku (berarti korban sudah mati).
Lakukan pula pemulihan denyut jantung.
Bila sudah sadar kembali, sebaiknya korban dirawat di rumah sakit, karena bahaya perdarahan atau akibat-akibat lain dijantung dapat timbul kemudian.
Rawatlah lukanya sebagaimana merawat luka bakar.

referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata