Rabu, 17 September 2008

TUJUAN SISTIM KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN GAWAT DARURAT

Materi: Komunikasi gawat darurat
Tujuan:
1. Anggota mampu menyebutkan sarana komunikasi gawat darurat
2. Anggota mampu mampu memperagakan komunikasi gawat darurat
3. Anggota mengetahui sistem komunikasi gawat darurat di RSU
Cara penyampaian: klasikal + demo
Waktu: 1 kali pertemuan
Penjelasan materi:

Latar belakang
1. Kondisi Geografis dan teknis
Indonesia negara kepulauan
Belum semua daerah:
? dilengkapi sarana komunikasi memadai
? sarana transportasi memadai
Pada bencana alam/buatan manusia perangkat telepon rawan lumpuh
faskom belum memadai disemua tempat
2. Pelayanan bencana alam/buatan manusia perangkat telepon rawan lumpuh
Peran/Tujuan pemanfaatan ? peningkatan mutu dan pemerataan tradisional:
? pada musibah massal/bencana informasi/mobilisasi tergantung "nasib"
? transfer penderita lewat surat konsultasi, jawaban lambat.
Komunikasi Pelayanan Gawat Darurat
1. Pelayanan gawat darurat sehari-hari
? Indikasi rujukan lebih tepat sasaran
? Persiapan pra rujukan lebih baik, informasi pasca rujukan segera
? Tambahan pengetahuan langsung
? Diskusi jarak jauh pra & pasca transfer px
? Konsultasi lain
? Kuilah jarak jauh
2. Penanganan musibah/bencana
? Early warning lebih cepat
? Mobilisasi - koordinasi multi level - multi sector lebih baik
? Kuliah jarah jauh
3. Pemecah rasa terisolasi
? Bagi daerah tanpa fasilitas telepon
? Rasa aman bagi petugas

PEMANFAATAN KOMUNIKASI UNTUK RUJUKAN
RUJUKAN

Tidak semua penderita yang datang dapat diatasi sendiri. Untuk itu perlu dirujuk ke tempat lain yang lebih lengkap dan mampu. Cara tradisional yang selama inl dilakukan dengan surat pengantar dan tidak didahului komunikasi dengan Rumah Sakit tujuan.
Kerugian dan cara ini adalah :
1. Rumah Sakit tujuan tidak siap sepenuhnya untuk menerima penderita
2. Stabilitas pra rujukan belum tentu sesuai dengan kebutuhan, sangat tergantung kemampuan tenaga setempat sendiri tanpa ada koreksi kekurangan segera
3. Bila tecjadi penyulit selama rujukan, tidak ada sistim, pendukung bagi pengantar rujukan
4. Pasca rujukan tidak ada penegasan apakah indikasi dan diagnosa pra rujukan sudah benar / kurang benar
Kesemuanya menghilangkan kesempatan belajar bersama yang sangat baik guna memberikan pengalaman lebih untuk menghadapi kasus yang sarna pada waktu mendatang.
Dari pengalaman RSU Dr. Soetomo sejak pengembangan Pusat Komunikasi Medik 1984 yang lalu, hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pra rujukan lakukan komunikasi untuk diskusi
? Keseragaman cara evaluasi px
? Ketepatan indikasi medik rujukan (kecuali atas pertimbangan non medik)
? Tindakan stabilisasi lain yang mungkin masih diperlukan transportasi
? Diskusi masalah potensial yang mungkin terjadi selama transpontasi dan persiapan tindakan pencegahan yang dianggap perlu
2. Selama rujukan
Tetap ditetapkan tempat lain yang mungkin dapat membantu kesulitan selama perjalanan
3. Pasca rujukan
? Diskusi ketepatan diagnosa pra rujukan
? Pelajaran / pengaiaman lain yang didapat selama penanganan kasus sulit

MUSIBAH MASSAL / BENCANA

Pada musibah massal/bencana akan jatuh korban dengan jumlah jauh melebihi kemampuan tersedia.
Untuk itu diperlukan sarana komunikasi dan pengendalian kegiatan semua fasilitas medik yang dapat dimobilisasi agar tercapai efisiensi dan efktivitas pertolongan ditengah keterbatasan tenaga, sarana dan pendukung lainnya.
Sistim komunikasi apapun perangkat keras yang dipakai mutlak diperlukan untuk menunjang keperluan ini. agar dapat berfungsi secara optimal sistim ini harus telah tergelar sebelum terjadinya musibah / bencana sekaligus agar dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat mengaktivasi sistim pertolongan musibah massal/bencana dalam waktu singkat.

SISTIM KOMUNIKASI PELAYANAN GAWAT DARURAT SURABAYA
1. Network Surabaya dan Jatim
? intra sector
? lintas sector
2. Perangkat keras
telepon
? pelayanan umum (118)
? internal PABX Rumah Sakit
? integrasi teleconference equipment / ISDN line dengan operator radio
? Jaringan umum VHF band (local Surabaya dan sekitarnya)
? jaringan dinas / tertutup
VHF band multi kanal (regional Jatim)
HF band multi kanal (nasional)
? lintas sector (Jasa marga - Poiri)
3. Perangkat lunak
Metode
? protocol komunikasi bagi operator jaga
? log book
? darurat sehari-hari
? darurat massal / bencana
? evaluasi kegiatan (data berita, partisipasi net call, rujukan/KLB, emergency ambulance call dan lain-lain)
Operasionalisasi
eskalasi kegiatan "Siaga sepanjang waktu"
dasar:
a. Netcall 3 kali sehari
b. Berita administrasi dan kedinasan
Eskalasi 1
a. Kedaruratan harian
b. KLB
c. Ambulans gawat darurat Surabaya
Konsep dasar:
? koordinasi
? regionalisasi
? standarisasi (Karjadi W /1997)
Ekslasi II
a. Pelayanan gawat darurat musibah massal
b. Pelayanan gawat darurat bencana
4. Sumber Daya Manusia
Operasi 24 jam
Tiap shift 2 orang, total tenaga 8 orang
Kurikulum pelatihan kemampuan perorangan
Kwalifikasi:
? Penguasaan teknis operator radio dan telepon
? Mampu BLS plus
? Mampu sebagai peramedic ambulans
5. Pusat Komunikasi Medik RSUD Dr. Soetomo
Adanya pusat koordinasi pengendalian medik di Lantai III IRD RSUD Dr. Soetomo kamar 313 (radio medik)
a. Public information centre
b. Koordinasi intra rumah sak'rt
c. Koordinasi antar rumah sakit
d. Pengendali pelayanan ambelans gawat darurat Surabaya dan sekitarnya
e. Siaga musibah massal/bencana dan pengendali pada kegiatan pertolongannya
f. Pengendali utama sector medik pada:
? operasi ketupat (lebaran)
? operasi lilin (tahun baru)
sekaligus sebagai kesempatan "latihan basah"


referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata

Tidak ada komentar: