Rabu, 17 September 2008

Mengenal Diri

Mengenal Diri
Ada tiga tingkatan konsep diri:

1. Aku Diri: Aku seperti yang aku pahami
Itu adalah cara Anda mempersepsi diri. Setiap kita memiliki pemahaman seperti itu adanya. Ada pemahaman yang terbentuk secara tidak sadar, tetapi setiap kita mengetahui bahwa kita itu seperti yang kita pahami.

2. Aku Sosial: Aku seperti yang dipahami oleh orang lain yang ada di sekitar aku
Cara orang memahami kita juga mempengaruhi diri sendiri, misal di rumah. Sewaktu-waktu Anda pulang dengan membawa laporan hasil ujian dengan beberapa angka yang her. Tapi OK-lah Anda bisa naik ke semester selanjutnya. Dan ketika Anda memberikannya kepada orang tua, ternyata mereka berkomentar, "Ya, sudah bagus." Semester depan Anda menghadapi kondisi yang sama seperti yang pernah terjadi.
Dengan perlakuan seperti itu Anda akan berpikir bahwa diri Anda sudah cukup bagus (berdasarkan ungkapan orang tua). Dan standar kualitas yang bagus menurut Anda adalah sesuai dengan hasil yang Anda peroleh. Karena Bapak Anda membuat standar bagus adalah yang penting lulus, maka perlahan-lahan cara perlakuan seperti itu menanamkan pengertian bahwa Anda sudah cukup bagus.
Tetapi bila Anda pulang dengan nilai rata-rata 7, orang tua yang dahulunya ketika kuliah memiliki nilai rata-rata 9, akan berkomentar, "Ya..., cuma segitu." Komentar seperti itu dapat memiliki dua pengaruh; Anda terdorong dan tertantang, atau Anda mati kutu sama sekali, dengan komentar, "Sudah dapat nilai 7 digituin!”
Anak-anak yang tumbuh dalam dunia yang sering menyanjungnya, memiliki konsep diri yang berbeda dengan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang selalu mengkritiknya.

Contoh:
Ada seorang anak usia 2 tahun yang sedang belajar menghafal kata, mengucapkannya, dan menirukannya. Anak belajar dengan cara trial and error. Akan tetapi cara anak memperbaiki kesalahannya selalu dipengaruhi komentar orang-orang di sekelilingnya (ada yang menertawakan, memperbaiki, memarahinya dan lain-lain). Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi perkembangan si anak dan secara perlahan-lahan akan mempengaruhi persepsi anak tentang dirinya.

Proses pembentukan makna dibentuk secara kumulatif dalam diri seseorang, misalnya kata prestasi, berbeda cara kita memahaminya. Dari sejak SD sampai mati dan masing-masing mempengaruhi cara kita memahami diri kita.

3. Aku Ideal: Aku yang aku inginkan
Ada orang yang begitu kuat keyakinan tentang aku idealnya.Aku ideal adalah sosok dirinya sendiri yang dicita-citakan oleh orang tersebut. Namun aku ideal tidak dapat terwujud tanpa disertai usaha yang maksimal.


Contoh:
Ada seorang teman yang ingin masuk ke SMU favorit. Dia sebenarnya anak yang cerdas, tetapi kurang rajin belajar, karena beranggapan bahwa dia bisa mencapai nilai tinggi. Akhirnya pada saat pengumuman penerimaan siswa baru, namanya tidak tercantum.

Kadang-kadang orang memiliki sifat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan aku dirinya. Atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk di-upgrade menjadi aku ideal. Ada juga orang yang hanya punya aku diri, tidak punya aku ideal.

Tidak ada komentar: