Rabu, 17 September 2008

HIV – AIDS

Pengetahuan Dasar HIV/AIDS

“Human Immunodeficiencyj Virus” (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.
“Acquired Immune Deficiency Syndrome” (AIDS) adalah suatu kondisi medis berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya kekebalan tubuh karena terihfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang bersifat ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat penyembuhannya.
Virus HIV pertama kali ditemukan oleh Dr. Luc Montagrier dari institut Pasteur Perancis pada tahun 1983, namun dari mana dan kapan virus ini ada di dunia belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan pada akhir tahun 1970-an di daerah Sub Sahara Afrika, HIV telah berkembang dan meluas.
Di Indonesia kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali, yaitu ditemukannya seorang wisatawan Belanda yang jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Setelah kasus tersebut data orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun dan daerah penyebarannya juga semakin banyak. Data dari Departemen Kesehatan menunjukan bahwa penderita AIDS sampai sekarang tercatat sebanyak 3.121 orang. Masalah HIV/ AIDS ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena sebagian besar orang dengan HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pada kelompok umur produktif.
HIV adalah virus yang sangat rapuh dan hanya dapat bertahan dalam kondisi tcrtentu. Virus ini tidak bisa mcnembus kulit yang tidak terluka. Salah satu upava pencegahan infeksi harus dilakukan dengan membentengi diri menggunakan kondom serta memastikan bahwa beragam peralatan tajam seperti jarum suntik dan alat pemotong tidak terkontaminasi. Virus ini ciapat dibasmi dengan menggunakan pemutih, deterjen dan air panas diatas 80 °C .

a. Perjalanan Infeksi HIV
Begitu HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh terinfeksi dan virus mulai memperbanyak diri (replikasi) dalam sel darah putih (terutama dalam sel limfosit T-CD4 dan makrofag). HIV mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi khas untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi disebut window periode (diperkirakan 0 - 3 bulan) yang belum dapat dideteksi lewat pemeriksaan laboratorium. Selama masa jendela, pekerja dengan HIV sangat infeksius, sangat mudah menularkan kepada orang lain, meskipun hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. 30-50% orang mengalami masa infeksi akut dengan gejala demam, pembesaran kelenjar getah bening, keringat malam, sakit kepala dan batuk.
Orang yang terinfeksi HIV (hasil laboratorium positif HIV), sering tidak membenkan gejala dan tanda untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Orang ini sangat mudah menularkan infeksinya kepada orang lain, dan hanya dapat dikenali dari pemeriksaan laboratorium serum antibodi HIV.
Sesudah suatu jangka waktu yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak diri secara cepat (replikasi) dan diikuti dengan perusakan limfosit T-CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah sindroma penurunan daya tahan tubuh yang progresif (progressive immunodeficiency syndrome) yang morupakan awal proses terjadinya AIDS. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor seperti umur (kurang dari 5 tahun atau diatas 40 tahun menjadi sangat cepat), infeksi lainnya, dan adanya faktor genetik (herediter). Orang dengan AIDS akan menimbulkan gejala:
1. Demam, panas dingin, keluar keringat waktu malam yang berulang-ulang dalam waktu lama
2. Penurunan berat badan secara drastis
3. Membengkaknya kelenjar getah bening di ketiak atau pangkal paha
4. Bercak-bercak putih di rongga mulut
5. Benjolan di kulit (menonjol/rata, biasanya tidak terasa sakit dan berwarna keunguan)
6. Batuk kering dan sesak napas yang terus menerus
7. Diare berkepanjangan
8. Hilang nafsu makan
9. Gangguan pada susunan saraf berupa lamban berpikir, pelupa, pemarah, sakit kepala, kejang, libido menurun.
Proses selanjutnya akan bermunculan infeksi ikutan, seperti : infeksi jamur, infeksi saluran nafas (termasuk TBC), infeksi saluran cerna, dan lain-lain. Infeksi ikutan ini sebenarnya merupakan penyakit umum tetapi menjadi penvakit yang lebih berat pada penyandang AIDS akibat sangat menurunnya daya tahan/kekebalan tubuh. Pada tahap ini seseorang hanya dapat bertahan hidup paling lama 2 (dua) tahun.

b. Cara Penularan HIV/AIDS
HIV/AIDS ditularkan melalui cairan tubuh terutama darah dan produk darah, cairan sperma, cairan vagina dan penularan dari ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian air susu ibu (ASI).
1. Penularan secara seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik secara heteroseksual maupun homoseksual yang dilakukan tanpa penindungan dengan pasangan yang sudah terinfeksi, cara penularan ini yang paling sering terjadi. Risiko tertular akan meningkat bila terdapat luka dalam mulut, perdarahan gusi dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat kelamin (genital).
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan yang sangat berkaitan dengan penularan HIV/AIDS secara seksual. Infeksi menular seksual membuat orang rentan terhadap HIV karena dengan adanya luka, virus akan mudah masuk ke dalam tubuh.
2. Pajanan melalui darah dan cairan tubuh
Pajanan oleh darah, produk darah dan transplantasi organ atau jaringan tubuh yang terinfeksi HIV/AIDS.
Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak diuji saring untuk antibodi HIV. Penggunaan ulang jarum dan spuit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang terkontaminasi HIV dapat terjadi di tempat layanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat tajam/jarum, juga pada Injection Drug Users (IDU). Pajanan HIIV pada organ dapat terjadi dalam proses transplantasi jaringan/organ di tempat layanan kesehatan.
3. Penalaran dari ibu ke anak :
HIV dapat ditularkan melalui seorang ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandung atau yang dilahirkan. Ada tiga kemungkinan perjalanan virus HIV/ AIDS dari Ibu kepada janin, yaitu:
? Selama kehamilan, virus masuk melalui aliran darah dari plasenta (ari-ari).
? Ketika persalinan, darah ibu yang terccmar atau cairan kandungan (air ketuban) terminum oleh bayi.
? Melalui air susu ibu (ASI) selama masa menyusui.
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan penularan HIV secara vertikal (dari Ibu kepada janin) :
a) Tahap infeksi ibu hamil. Makin parah infeksinya makin tinggi kemungkinan penularan dari ibu ke janin.
b) Status kekebalan ibu yang mencerminkan keparahan gejala dan kondisi gizi ibu. Status gizi ibu hamil di Indonesia pada umumnya di bawah normal, karena 40-70% ibu hamil menderita anemia dan banyak dari mereka menderita infeksi virus atau bakteri lain.
c) Fungsi perlindungan plasenta sebagai barrier atau penghambat penularan HIV.

HIV tidak dapat ditularkan melalui aktivitas kegiatan sehari-hari seperti berpelukan, berjabat tangan, atau bersentuhan. Sampai saat ini belum ada data yang menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan melalui : penggunaan toilet, kolam renang, penggunaan alat makan atau minum secara bersama atau melalui gigitan serangga.

c. Gejala HIV/AIDS
1. Hari ke -1
? Terinfeksi HIV
? Belum teitihat tanda-tanda penurunan kesehatan.
? Tes HIV masih negatif.
2. Setelah bulan ke - 3
? Belum terlihat tanda-tanda penurunan kesehatan yang nyata.
? Tes HIV sudah positif.
3. Setelah tahun ke -10
? Cepat dan sering merasa lelah.
? Pembesaran kelenjar getah bening (di ketiak, leher, iipatan paha) tanpa sebab yang jelas.
? Sering dcmam (lebih dari 38°C disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas.
? Berat badan menurun serara drastis.
? lnfeksi mulut.
? Diare kronis.
? Batuk-batuk tanpa henti
? Radang paru-paru.
? Bercak dan ruam kulit yang serias dan herpes berulang-ulang, kanker kulit.
? Rasa sakit pada sistem syaraf.
? Radang selaput otak.
? Penurunan libido.
? Tidak bisa mengurus diri sendiri sehingga momerlukan bantuan orang lain.

d. Pemeriksaan Laboratorium
1. Setiap orang yang merasa dirinya memiliki risiko untuk terinfeksi HIV/AIDS, dapat memeriksakan darahnya di laboratorium khusus atau Rumah Sakit yang ditunjuk Departemen Kesehatan.
2. Meminta konseling sebelum dan sesudah pemeriksaan laboratorium.
3. Bila hasil pemeriksaan negatif berarti tidak terinfeksi atau zat anti terhadap HIV belum terdeteksi karena tubuh memerlukan kurang lebih 3 bulan untuk membuat zat anti.
4. Bila hasil pemeriksaan positif berarti orang tersebut sudah terinfeksi HIV.

e. Konseling HIV/AIDS
Konseling dapat diperoleh pada tempat-tempat yang memberikan pelayanan konseling HIV/AIDS.
1. Apa yang dimaksud dengan konseling HIV/AIDS?
Konseling HIV/AIDS adalah suatu kegiatan dimana selain dapat memperoleh informasi, dapat juga mengemukakan dan bertukar pikiran tentang berbagai masalah yang timbul sehubungan dengan penyakit AIDS
2. Siapa saja yang membutuhkan konseling HIV/AIDS?
Konseling dapat diberikan kepada orang yang:
? Ingin mengetahui informasi.
? Khawatir tertular.
? Akan memeriksakan diri ke laboratorium.
? Menunggu hasii pemeriksaan laboratorium.
? TeIah memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Manfaat konseling
? Membantu mencegah penyebaran infeksi HIV.
? Membantu Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam menghadapi penyakitnya.
? Memberi dukungan sosial/psikologis bagi ODHA.
4. Konseling berguna bagi:
? Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
? Suami/istri ODHA
? Anggota keluarga
? Teman-teman

Pencegahan HIV/AIDS
A - Anda monjauhi hubungan seks borganti-ganti pasangan tanpa kondom (Abstentia).
B - Bersikaplah saling setia (Be Faithful).
C - Cegah dongan menggunakan kondom (Condom).
D - Dihindari pemakaian narkoba suntik (Drugs).

Tidak ada komentar: