Rabu, 17 September 2008

TRIAGE

TRIAGE
ICS dapat digunakan sebagai alat bantu perencanaan penanganan korban banyak. Setelah posko didirikan, maka tugas berikut yang segera harus dilakukan adalah melakukan penilaian penderita secara cepat dan menentukan prioritas pertolongan masing-masing korban, baik untuk perawatan maupun transportasi ke fasilitas kesehatan/RS untuk memperoleh perawatan sesuai dengan keadaannya. Proses ini dikenal dengan istilah triage, yang berasal dari bahasa Perancis yang berarti memilih atau mensortir, penolong atau petugas yang paling berpengalaman biasanya ditugaskan sebagai petugas triage. Petugas inilah yang meminta bantuan bila diperlukan, mengarahkan anggota dan peralatan menuju korban dan tetap berada di tempat kejadian untuk mengatur dan mengkoordinasikan petugas, logistik dan kendaraan.
Sistem triage yang ada sangat banyak, namun semuanya memiliki prioritas sama, mengutamakan penanganan korban yang walau keadaannya kritis namun harapan hidupnya baik termasuk pengirimannya ke fasilitas kesehatan. Penolong memiliki kewajiban untuk menyelamatkan korban sebanyak-banyaVny a. Triage aWakukan dengan cara memilah korban secara cepat dan menggolongkan ke dalam salah satu dari empat kelompok yang ada :
? Prioritas 1 Prioritas tertinggi, diberikan kepada korban yang berada dalam keadaan kritis seperti gangguan pernapasan, perdarahan yang belum terkendali atau perdarahan besar, penurunan status mental (respons). Kelompok ini dapat digolongkan sebagai cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masoh bisa diatasi.
? Prioritas 2 Prioritas kedua, yaitu mereka yang perlu pertolongan. Beberapa keadaan ini misalnya luka bakar tanpa gangguan saluran napas, nyeri hebat setempat atau nyeri pada beberapa lokasi alat gerak, termasuk, bengkak atau perubahan bentuk dan cedera punggung.
? Prioritas 3 Terendah, dengan kata lain dapat ditunda. Termasuk dalam kelompok ini adalah korban yang cedera relatif ringan, tidak perlu banyak dibantu, dapat menunggu pertolongan tanpa menjadi lebih parah. Misalnya mereka yang mengalami nyeri yang biasa saja pada alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk, cedera jaringan lunak ringan. Dengan kata lain, kelompok ini adalahkorban cedera namun masih mampu berjalan.
? Prioritas 0 atau prioritas 4 Mereka yang mengalami cedera yang mematikan atau sudah meninggal, misalnya kepalanya terpisah dari tubuh atau cedera lainnya yang secara manusia sudah tidak mungkin hidup.
Tindakan triage dapat dilakukan beberapa kali. Pada saat tim bantuan tiba di lokasi, triage dapat dilakukan lebih baik lagi. Pelaksanaan triage di lapangan adalah dengan memberikan tanda pada korban dengan warna tertentu
Bila dilakukan pengulangan triage dan ternyata keadaan korban menunjukkan bahwa prioritasnya sudah berubah, jangan melepas tanda yang pertama. Tanda triage yang pertama dapat dicoret, lalu pasang tanda baru.
Tanda / label triage Setelah para korban dinilai dan dipilah mereka harus ditandai agar dapat dikenali dengan cepat. Tanda triage sangat beragam baik ukuran, bentuk dan model warna. Tanda dapat terbuat dari berbagai bahan dan bentuk, mulai dari sebuah kartu berwarna saja, kartu dengan berbagai warna yang dapat ditandai, pita, pita khusus, tali berwarna dan lainnya. Bila bahan berwarna ini tidak ditemukan maka dapat dipakai bahan apa saja yang warnanya seperti warna-warna triage misalnya pakaian, pembungkus dan lainnya.

Sistem START
Pengelompokan yang dijelaskan di atas membutuhkan pengalaman dan latar belakang medis. Sebagai penolong pertama ada suatu metode sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan triage yang dikenal sebagai sistem START yang merupakan singkatan dari Simple Triage and Rapid Treatment.
Sistem START mengelompokkan korban menjadi 4 kelompok berdasarkan prioritas perawatan dan harapan hidup korban sesuai kondisi pada saat itu.

Langkah - langkah pelaksanaan START
Langkah pertama - Korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokkan para korban yang masih mampu berjalan. Arahkan mereka ke tempat yang sudah ditentukan. Kelompok ini diberi tanda HIJAU. Biasanya area triage sudah ditentukan, sehingga korban diarahkan ke sana, jadi walau mereka masih mampu berjalan jangan biarkan mereka terpencar. Dalam beberapa keadaan korban dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk
ikut membantu proses pertolongan.
Langkah kedua - Pemeriksaan pernapasan Sekarang para penolong menghampiri mereka yang tidak mampu berjalan. Lakukan secara sistematis, jangan melompat dari satu korban ke korban lainnya, dan jangan menghabiskan waktu terlalu banyak pada satu korban. Hal pertama yang dilakukan adalah menilai pernapasan penderita. Buka jalan napas dan nilai pernapasannya. Koran yang mampu berjalan dapat dimanfaatkan untuk
ikut membantu mempertahankan jalan napas pada penderita yang tidak sadar. Bila korban tidak bernapas buka napas dengan jalan tekan dahi angkat dagu. Bila tetap tidak bernapas setelah jalan napas dibuka maka berikan tanda HITAM. Jika ia bernapas berikan hitung berapa pernapasannya. Bila mencapai 30 kali atau - lebih dalam satu menit berikan tanda MERAH. Jangan hitung selama 30 detikseperti pada penilaian penderita tetapi cukup selama 5 atau 10 detik saja. (Bila menggunakan 5 detik hasilnya kalikan 12 dan bila menggunakan 10 detik hasilnya kalikan 6 untuk mendapatkan nilai dalam 1 menit). Bila hasilnya ternyata kurang dari 30 kali permenit lanjutkan ke langkah ketiga.
Langkah ketiga - Penilaian sirkulasi Penolong melakukan penilaian sirkulasi dengan cara memeriksa pengisian kapiler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menekan di atas kuku ujung jari korban, ujung jari di bawah kuku akan menjadi pucat. Bila tekanan di lepas maka ujung jari akan menjadi merah kembali. Hitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjadi merah, bila ternyata 2 detik atau lebih berikan warna MERAH, bila kurang dari 2 detik maka lanjutkanke langkah keempat. Adakalanya keadaan gelap sehingga sulit menilai pengisian kapiler. Metode alternatif yang dapat digunakan khusus pada keadaan ini adalah dengan memeriksa nadi radialis. Bila tidak ada korban dinyatakan MERAH, bila da maka dilanjutkan ke langkah keempat.
Langkah keempat - Penilaian mental Bila penolong mencapai tahap ini maka berarti korban masih bernapas secara adekuat dan perfusinya masih baik. Pada langkah keempat ini penlong memeriksa status mental korban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara meinta korban untuk mengikuti perintah sederhana, misalnya "buka mata", "gerakkan jari" dan lainnya. Ketidakmampuan mengikuti perintah sederhana ini berarti bahwa status mental korban dianggap tidak normal. Korban diberikan label MERAH. Bila ternyata korban masih mampu mengikuti perintah sederhana maka korban diberik warna
Pemeriksaan penderita pada triage ini selesai setelah kita memberikan tanda triage pada korban. Tindakan selanjutnya setelah melakukan START adalah segera membawa korban sesuai dengan skala prioritasnya ke fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan tidak berarti harus membawa segeradari lokasi, namun pada beberapa keadaan dapat disiapkan suatu rumah sakit lapangan, atau daerah triage, yang merupakan areal kemana para korban di bawa sebelum dievakuasi lebih lanjut ke rumah sakit. Di areal inilah penilaian penderita dilakukan dengan lebih rinci seperti penilaian penderita yang dibahas dalam buku ini.
Bila ada tenaga yang lebih ahli maka disini dapat dilakukan triage sekunder atau pemilahan tahap 2. Biasanya ini dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman. Hasil yang berbeda tidak menjadi masalah. Evakuasi korban tetap dilakukan berdasarkan warna yang paling akhir diberikan kepadanya, sesuai prioritasnya mulai dari MERAH, HIJAU dan terakhir HITAM.

Contoh-Contoh Prioritas Dan Kode Warna
Prioritas I :Merah
Antara lain:
1. Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
2. Luka tusuk dada
3. Hipotensi/shock
4. Perdarahan pembuluh nadi
5. Problem kejiwaan yang serius
6. Tangan/kaki yang terpotong dengan perdarahan
7. Luka bakar Tk II>25%
8. Luka bakar Tk III>25%
Prioritas II: Kuning
Ant:ara lain:
1. Luka bakar Tk II/III > 25%
2. patah tulang besar
3. trauma thorak/abdoment
4. laserasi luas
5. trauma bola mata
Prioritas III: Hijau
1. Antara lain
2. Henti jantung yang kritis
3. Trauma kepala yang kritis
4. Radiasi tinggi

referensi :
modul PPGD BSMR; dr adibrata

Tidak ada komentar: